Silsilah Marga Sirait yang Diperdebatkan, Ancaman Bom Waktu bagi Generasi Mendatang

Tempo.ID,Jakarta – Perdebatan mengenai silsilah keturunan Marga Sirait semakin memanas. Penyebabnya adalah adanya perbedaan pendapat mengenai garis keturunan yang mulai muncul pada generasi Ompu Raja. Ketidaktegasan dalam meluruskan silsilah ini dinilai sebagai bentuk pembiaran yang berpotensi menjadi bom waktu bagi generasi mendatang.

Sebagaimana diketahui, Marga Sirait memiliki tiga garis keturunan utama yang disebut Sitolu Sada Ama, yakni Sirait Siahaan, Sirait Siagian, dan Sirait Nalomlomon. Kemudian, keturunan Raja Sirait Siahaan memiliki tiga anak, yaitu Ompu Raja, Datu Ronggur, dan Guru Solomoson. Hingga titik ini, tidak ada perdebatan dalam garis keturunan. Namun, konflik mulai muncul di generasi Ompu Raja.

Foto : *Makam Datu pejel, di Sibisa, Kec. AJIBATA, Kab. Toba, Sumut.*

Perdebatan yang terjadi adalah mengenai jumlah anak Ompu Raja. Sebagian pihak menyatakan Ompu Raja hanya memiliki dua anak, yakni Ompu Tombak dan Ompu Saurlan, sementara pihak lain berpendapat ada anak ketiga, yaitu Raja Mardobur. Persoalan ini semakin kompleks ketika pada tahun 1975 terdapat pernyataan yang dimeteraikan bahwa keturunan Ompu Tombak dan Ompu Saurlan tidak bisa satu ulaon (adat).

Ganda Sirait, seorang tokoh pemerhati budaya dan lingkungan Bonapasogit di Jakarta, menyoroti bahwa pembiaran terhadap ketidaktepatan silsilah ini bisa berakibat fatal bagi generasi mendatang. “Membiarkan generasi penerus Sirait tidak mengetahui silsilahnya sama saja dengan membiarkan mereka tersesat dalam hutan belantara, yang pada akhirnya bisa berakhir di jurang atau mati kelaparan,” ujar Ganda dengan nada prihatin.

Foto : *Jabu Parsaktian Sirait di Sibisa, Kecamatan AJIBATA, kabupaten Toba, SUMUT*.

Menurutnya, meskipun banyak keturunan Marga Sirait telah merantau ke luar kampung halaman seperti Batam, Jakarta, dan daerah lainnya, pemahaman akan asal-usul tetap harus dijaga. “Jangan biarkan anak dan cucu kita kehilangan jati diri. Walaupun mereka tidak lagi memiliki tanah atau rumah di kampung halaman, mereka harus tetap tahu dari mana mereka berasal,” tambahnya.

Perdebatan mengenai garis keturunan ini bukan sekadar masalah internal keluarga, tetapi juga menyangkut identitas budaya dan sejarah Marga Sirait secara keseluruhan. Jika tidak segera diluruskan, bukan tidak mungkin persoalan ini akan terus berlanjut dan menjadi warisan konflik bagi generasi-generasi berikutnya.

(Red/bn)


Berita ini sudah dikemas dengan gaya yang menarik dan mendalam. Jika ada tambahan atau revisi, silakan beritahu saya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *